Jumat, 18 November 2011

TODAY

Hari ini, hari Jum’at tanggal 18 November 2004. Aku Cinta Verissa biasa dipanggil rissa. Kelas 2 SMP Tunas Bangsa. Pagi itu aku sendiri, tidak ada siapapun di rumah ayah dan ibuku pergi meninggalkan rumah sampai pagi. Di tengah indahnya mimpiku ponselku berdering, dengan bermalas-mallasan aku bergegas mengangkat telefon yang kuletakkan di sebelah tempat tidurku. Ternyata yang membangunkanku adalah ibuku. Rasannya mataku tidak ingin terbuka, aku hanya bisa mengeluarkan suara “ya !” dan sama sekali tidak mendengar apapun. Aku pun kembali menaruh kepalaku di bantal yang bisa membuatku tidur dengan nyenyak ini. Beberapa saat kemudian ponselku itu berbunyi kembali. Dan nama di ponselku tertulis AYAH. Aku lalu menekan tombol hijau yang berfungsi untuk menelfon dan mengangkat telefon. Saat itu aku mendengar dengan jelas ayahku berbicara denganku “ Ayo bangun ! cepat mandi ! “ dan saat itu pula aku melihat jam yang menempel pada dinding kamarku menunjukkan pukul 05.30. Apa !!!?? teriakku dalam hati aku lalu berlari mengambil handuk dan Ting Tong ! bel rumahku berbunyi. Aku segera membukkakan pintu. Aku lalu menuju kamar mandi dan selesai mandi aku ganti baju di kamarku seperti biasa.rasanya aku tidak ingin keluar dari kamar. Karena aku tau aku kan dimarahi oleh ayahku.Dan akhirnya aku memberanikan diri untuk keluar dari kamar. Dan perkiraanku 1000/0 benar. Saat sedang menikmati menu sarapan pagi yang sangat lezat itu, tiba-tiba makanan itu berubah menjadi tidak lezat lagi bahkan aku pun tidak mau memakannya lagi, karena saat aku makan, ayahku berkata “ kamu, kalau nggak dibangunkan pasti nggak bangun, lalu nggak sekolah ! “ saat perkataan itu keluar dari mulut ayahku, tiba-tiba aku diam dan tida, aku lalu meminum teh yang sudah ada di hadapanku, dan saat aku meminumnya, teh itu menumpahi seragam sekolahku. Tapi aku beruntung karena ayahku tidak melihat kejadian itu dan juga tidak membekas di seragamku. Ternyata saat ponselku pertama berdering ibuku menyuruhku bangun dan membukakan pintu, ibu dan ayahku juga sudah menunggu di depan rumah. Itu semua sudah berlalu dan yang aku harus pikirkan sekarang bagaimana aku bisa mengerjakan pr  matematika yang sangat sulit itu. Sedangkan sekarang jam menunjukkan pukul 06.30 mau tidak mau aku harus pergi dari rumah dan menuju sekolah. Di perjalanan aku terus berdo’a dan berdo’a, aku takut melewati hari ini sangat takut. Aku juga berfikir “ mengapa, tadi pagi aku tidak bangun lebih awal ?, mengapa aku tidak mengerjakan PR-PR  itu sejak kemarin ?, mengapa tadi malam aku hanya melihat video artis yang menurutku orang paling tampan di dunia ini ? “ tapi semua itu sudah tidak ada gunanya. Dan gedung sekolah yang besar tapi sederhana itu sudah mulai kelihatan. Aku mulai serius untuk meminta kepada tuhan agar waktu berjalan lebih cepat dari biasanya. Dan saatnya pun tiba, aku sampai di sekolah dengan penampilan seperti biasanya menggunakan pakaian warna abu-abu. Saat di kelas teman-temanku juga sedang sibuk mengerjakan PR yang diberikan oleh gurku. Dan saat aku menengok ke belakang, “ Rani, kamu sedang mengerjakan apa ?” tanyaku, dan Rani pun menjawab “ PR bahasa Indonesia !, kamu nggak tau ya ?” aku sangat kaget mendengar Rani bicara itu, akupun menjawab “ tidak,” aku lalu berusaha mengerjakan PR semampuku. Dan kriingg...kriingg...kriingg...! bel pun berbunyi. Di sekolahku sebelum pelajaran ada tadarus bersama bagi yang beragama islam. Dan kebetulan aku beragama islam. Saat yang lainnya serius mengaji, aku juga dengan serius mengerjakan PR  ku. Tidak lama kemudian, ngiiiikk... pintu pun terbuka. Aku berfikir  tuhan benar-benar tidak mengabulkan semua do’a- do’a ku. Aku lalu menyimpan bukuku dalam laci dan segera mengambil Al Qur’an yang sudah ada di laci. Saat membaca, aku berdo’a agar jam bisa berbutar lebih lama dari biasanya. Tapi tidak lama kemudian dispenser  yang ada di dalam kelasku terlihat bergerak-gerak, ternyata terjadi gempa bumi ! spontan seluruh murid yang ada di kelas lari berhamburan keluar kelas. Semua siswa seperti berada dalam perlombaan lari dan harus memenangkan pertandingan itu, kalau tidak, pasti mereka akan dimarahi oleh pelatihnya masing-masing. Kembali ke permasalahannnya. Aku ingin menjangkau tangga, tapi harus menunggu beberapa menit untuk menggapainya. Setelah semua siswa sudah berkumpul di lapangan terbuka, aku berterimakasih pada tuhan yang sangat baik karena telah meniadakan pelajaran untuk hari ini. tapi di sisi lain aku berfikir tentang kedua orangtuaku. ORANG TUA ! aku ingin bertemu mereka secepatnya. Aku lalu berlari ke halte dekat sekolahku. Tidak lama kemudian bis datang. Aku cepat- cepat naik ke dalam bis dan berharap mendapat tempat duduk. Di perjalanan aku berdo’a agar orangtuaku selamat dan tidak terluka sedikit pun. Saat aku turun dari bis aku langsung berlari secepat mungkin  menuju ke rumah. Saat berlari menuju rumah aku melihat di sekelilingku orang-orang menangis dan berdo’a,berharap sanak dan saudara mereka baik-baik saja. Tapi aku bertanya dalam hati, “ bagaimana jika itu terjadi pada ayah dan ibuku ?” aku menambah kecepatan berlariku, dan akhirnya sampai juga di rumah. Tapi,,rumahku kosong, tidak seperti biasanya, mbok Jen nggak ada, begitu pula ibuku, tidak ada juga.jantungku berdetak lebih kencang, aku berusaha bertanya kepada tetanggaku, katanya, tadi sehabis gempa berakhir ibu langsung menyusulku ke sekolah. Aku berfikir, kenapa aku pulang sebelum disuruh ibuku ? aku lalu mencoba menghubungi ibuku, tetapi ponselku bersuara “ MAAF NOMOR YANG ANDA TUJU TIDAK DAPAT DIHUBUNGI, COBALAH BEBERAPA SAAT LAGI” karena takut, aku memilih menunggu di rumah nenekku. Betapa senangnya hatiku, ibuku terlihat disana sedang mencoba menghhubungi seseorang, “IBU !” aku berteriak sekencang-kencangnya. Ibu lalu cepat-cepat memelukku. Betapa senangnya hatiku saat itu. Untuk beberapa hari aku tinggal di rumah nenekku. Dan tidak berangkat sekolah karena diliburkan, di setiap stasiun televisi, disiarkan tentang gempa bumi yang melanda kota perjuangan itu. “ Gempa tahun ini termasuk gempa besar, karena benyaknya rumah-rumah yang rusak di sekitar Surabaya” kata seorang reporter dari salah satu stasiun televisi swasta. Setelah beberapa hari berlalu aku menulis di suatu jejaring sosial “ Hari itu adalah hari yang sangat mengerikan bagiku, banyak kejadian yang tidak ingin aku alami lagi.” Setelah kejadian itu aku berusaha menjalani hidup dengan sesemangat mungkin. Dan berdo’a setiap saat dengan rutin sehabis menjalankan ibadah sholat lima waktu. Aku juga berusaha untuk tidak melakukan hal-hal yang yang menurutku bisa merugikanku dan orang lain. Aku takut hari itu terjadi lagi, Hari Jum’at tanggal 18 Oktober 2004. Seiring perkembangan zaman dan teknologi. Sudah 7 tahun berlalu, sekarang, aku, rissa sedang menjalani kuliah di jurusan kedokteran di Universitas Indonesia karena aku ingin menjadi seorang dokter yang bertanggung jawab menyembuhkan pasien dan berusaha membuat keluarga pasien itu merasa senang. Aku berusaha menjadikan hari yang bersejarah itu sebagai hari yang tidak terlupakan. Ada kegembiraan, kesedihan, maupun ketegangan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar